Komandanpangan.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bertujuan mulia untuk meningkatkan gizi anak sekolah malah menuai kritik tajam setelah kasus keracunan massal muncul di berbagai daerah. Sejumlah insiden ini menimbulkan kekhawatiran, bahkan memaksa pemerintah untuk mengevaluasi secara menyeluruh.
Anggota Komisi IX DPR, Nurhadi, nggak bisa menyembunyikan keprihatinannya. Menurutnya, insiden ini adalah tanda bahwa ada masalah serius dalam pelaksanaan program. “Ini adalah kejadian yang sangat memprihatinkan, terutama karena program MBG seharusnya menjadi langkah strategis melawan stunting,” ujarnya, Rabu (23/4/2025).
Dalam beberapa bulan terakhir, setidaknya ada tujuh kasus keracunan yang terkait dengan program MBG. Insiden pertama terjadi di Nganjuk, Jawa Timur, pada Oktober 2024. Sebanyak tujuh siswa SDN Banaran I dilaporkan mual dan muntah setelah makan dari program ini.
Nggak berhenti di situ, insiden serupa juga terjadi di Nunukan, Sukoharjo, hingga Cianjur. Di Cianjur, keracunan massal pada 21 April 2025 bahkan membuat Dinas Kesehatan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). “Kami harus memastikan anak-anak mendapat perawatan terbaik,” kata Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana.
Setelah insiden di Cianjur, BGN langsung merespons dengan menambah standar operasional baru. Salah satu perubahan yang diterapkan adalah sisa makanan program MBG harus dibersihkan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), bukan di sekolah.
“Kami juga akan mengadakan pelatihan tambahan untuk penguatan SDM di lapangan,” jelas Dadan. Ia menegaskan evaluasi menyeluruh tetap dilakukan meskipun dapur penyedia makanan sudah mengikuti standar. “Manajemen dapur, penyimpanan bahan pangan, hingga distribusi ke sekolah akan terus ditinjau,” tambahnya.
Nurhadi nggak sendirian dalam mendesak perubahan. Anggota DPR lainnya, Netty Prasetiyani, juga menyoroti perlunya pengawasan ketat. Ia menekankan pentingnya investigasi dari hulu ke hilir, mulai dari pengadaan bahan baku hingga distribusi makanan ke sekolah.
“Proses pengelolaan harus dilakukan dengan baik agar risiko seperti keracunan atau penggelapan dana bisa diminimalkan,” tegas Netty.
Insiden berulang ini menjadi peringatan keras bagi pemerintah. Program MBG yang awalnya dirancang untuk membantu justru bisa berubah menjadi musibah jika pengawasannya lemah. Semua pihak, terutama Badan Gizi Nasional, perlu bekerja ekstra untuk memastikan keamanan pangan bagi anak-anak sekolah.
Dengan langkah-langkah evaluasi dan pengawasan yang diperkuat, diharapkan kasus seperti ini nggak akan terulang lagi. Sebab, di balik semua kekurangan, tujuan utama program ini tetaplah mulia: menciptakan generasi muda yang sehat dan bebas stunting.