Jakarta –
Kementerian Pertanian mendorong petani untuk menggenjot produksi komoditas perkebunan, termasuk kopi. Adapun hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menginginkan adanya peningkatan produktivitas komoditas hingga memiliki kualitas yang bernilai tambah dan berdaya saing di pasar dunia.
Untuk meningkatkan kualitas kopi, Kementan melalui Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya menggelar Bimtek Pasca Panen Kopi pada 8-9 September 2020 di Kelompok Tani Makmur Jaya Desa Pasrujambe, Lumajang. Kepala BBPPTP Surabaya Kresno Suharto berpesan agar para petugas PBT maupun POPT melayani kelompok tani / masyarakat perkebunan dengan maksimal. Menurutnya, jika petani menguasai hulu hilir maka mereka akan sejahtera.
“Diharapkan petani dapat menerapkan praktek pasca panen kopi sehingga rasa kopi akan meningkat dan nilai jualnya akan lebih tinggi,” ujar Kresno dalam keterangan tertulis, Kamis (17/9/2020).
Adapun Bimtek tersebut digelar untuk mendukung salah satu agenda Nawacita, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik, dengan sub agenda peningkatan kedaulatan pangan yang salah satu sasarannya yaitu ‘1000 desa pertanian organik’, dengan rincian tanaman pangan 600 desa, hortikultura 250 desa, dan perkebunan 150 desa.
Untuk pengembangan desa pertanian organik pada subsektor perkebunan dilaksanakan secara bertahap mulai dari tahun 2015 – 2019. Adapun tahapan dalam pelaksanaannya adalah penetapan CP/CL pada tahun 2015, tahapan inisiasi berupa sosialisasi dan pengadaan input/sarana prasarana produksi pada tahun 2016, penyiapan dokumen, persiapan sertifikasi, sertifikasi produk, dan apresiasi produk organik pada tahun 2017 – 2019.
Berdasarkan informasi BBPPTP Surabaya diketahui BBPPTP Surabaya memiliki 7 kelompok tani binaan di kabupaten Lumajang yaitu 2 kelompok tani desa organik dan 5 kelompok tani kawasan organik. BBPPTP Surabaya juga mencatat terdapat siaga OPT dengan luas total mencapai 160 Ha, serta 1 kelompok tani pada kegiatan regu pengendali OPT di Kecamatan Senduro.
Namun, dari 7 poktan hanya 2 poktan yang memiliki produk bubuk, Greenbeen dan Roasbeen. Sementara itu sebagian besar lahan kopi desa organik dan kawasan organik berada di wilayah perhutani, sehingga memiliki beberapa kendala dalam proses sertifikasi dan pengembangan.
Oleh karena itu, BBPPTP Surabaya menggelar Bimtek Pasca Panen meliputi teori serta praktek pasca panen kopi. Materi yang diberikan untuk pasca panen dan proses pengolahan kopi antara lain terkait kualitas kopi yang ditentukan oleh 60% budidaya, 30% pasca panen dan pengolahan dan 10% barista.
Terkait Bimtek ini, Ketua Kelompok Tani Tani Makmur Jaya, Desa Pasrujambe, Lumajang, Waris mengatakan para pekebun merasa antusias dan semangat untuk belajar proses pasca panen kopi. Pasalnya dengan mengolah kopi secara benar tentunya akan menambah pendapatan.
“Harapan kami agar selalu dibina, didampingi, dicarikan info pasar dan berharap juga alat pasca panen kopi. Karena ada beberapa kelompok tani yang dilatih belum memiliki alat pasca Panen, pungkasnya.
Sebagai informasi dalam Bimtek tersebut, BBPPTP Surabaya menyampaikan beberapa informasi terkait cacat mutu biji kopi di Indonesia yang disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut.
1. 13,48% Berlubang (Hama Bubuk Buah)
2. 36,94% Hitam ( Petik Muda)
3. 7,85% Pecah (Huller Kurang Tepat)
4. 37,70% Warna Coklat, Berkulit Ari, Bertutul-tutul (Fermentasi Dan Huller Kurang
5. Tepat)
6. 3,83% Berbatu, Bergelondong, Campur kerikil-Tanah (Sortasi Longgar
7. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas kopi
Dalam Bimtek tersebut, disampaikan juga materi terkait faktor pendukung kualitas mutu fisik dan cita rasa kopi sebagai berikut.
Varietas/Klon
Varietas tertentu dapat menghasilkan mutu fisik dan citarasa baik, akan tetapi ada juga sebaliknya
Tinggi Tempat Penanaman
Makin tinggi tempat penanaman mutu citarasanya akan semakin baik
Kejaguran Tanaman
Tanaman yang pertumbuhannya kurang sehat akan menghasilkan mutu fisik dan citarasa yang kurang baik.
Penggunaan Penaung
Tanaman kopi yang dinaungi cukup citarasanya lebih baik dibanding dengan yang tanpa dinaungi
Tingkat Serangan OPT
Serangan hama dan penyakit dapat menurunkan mutu fisik maupun citarasa kopi biji
Mutu Petik Buah
Buah yang dipetik pada saat masak optimal mutu fisik dan citarasa lebih baik dibanding dengan buah yang dipetik racut
Proses Pasca Panen
Pengolahan basah akan menghasilkan mutu lebih baik dibanding olah kering. Penyimpanan buah kopi yang kurang baik dapat menimbulkan cacat rasa
Pengolahan Kopi
1. Olah Kering: Natural, Wine
2. Olah basah: Semi Wash, Full Wash, Honey
Simak Video “Kemenkes Sebut Ganja Masih Golongan Narkotika 1“
[Gambas:Video 20detik]
(akn/hns)