Jakarta – Teknologi Light Trap yang terpasang di lahan pertanaman bawang merah milik petani di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan bisa membuat kawasan ini menjadi destinasi wisata baru. Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto mengatakan keindahan Kabupaten Enrekang di malam hari tak kalah indahnya dengan Las Vegas atau Cape Town.
“Kota Las Vegas di Amerika serikat, Kota Cape Town di Afrika, atau kota romantis Paris Perancis itu wajar jika dipenuhi gemerlap lampu di malam hari, namanya juga kota besar. Tapi kalau di Enrekang ini beda, dia unik dan menakjubkan, karena Anda akan disuguhkan keindahan light trap, yaitu teknologi pengendali hama sekaligus berfungsi sebagai penerang di malam hari. Di samping itu, di siang hari anda juga akan menikmati hamparan pertanaman bawang merah yang sangat luas, indah dan romantis,” kata Prihasto dalam keterangan tertulis, Jumat (23/4/2021).
Prihasto mengungkapkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sudah menginstruksikan langsung agar Kabupaten Enrekang didukung sepenuhnya sebagai sentra produksi bawang nasional.
Ia juga mengatakan, Syahrul menginginkan agar petani Enrekang menjadi role model bagi petani di daerah-daerah lain. Pasalnya, lahan pertanaman bawang di Enrekang awalnya dipenuhi bebatuan, namun karena kegigihan petaninya, bawang Enrekang bisa diekspor hingga ke lima negara, yakni Vietnam, Taiwan, Malaysia, dan Timor Leste.
“Iya betul, Pak Menteri menginginkan adanya sentra-sentra komoditas hortikultura yang baru, khususnya cabai dan bawang, agar ke depan kita bisa menggenjot ekspor hortikultura. Petani-petani di daerah lain harus studi banding ke Enrekang jika ingin sukses bertani bawang, bayangkan tanah berbatu seperti di kecamatan Cakke ini saja bisa memproduksi bawang merah hingga 10 s.d 15 ton per hektar,” urai Prihasto.
“Bukan hanya terkenal sebagai pelaut ulung, orang Bugis-Makassar memang terkenal ulet, tangguh dan pantang menyerah dalam segala hal, termasuk bertani. Ini harus kita contoh” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Tommy Nugraha mengajak masyarakat Enrekang untuk bangga bertani, dan bersiap-siap dikunjungi banyak wisatawa. Karena wisata malam yang menyuguhkan pemandangan lampu perangkap dan pengusir hama (light trap) pada pertanaman bawang merah yang menyala di malam hari itu sedang viral.
“Ayo datang ke sini, habiskan malam anda bersama dengan keluarga atau orang-orang tercinta, karena kami percaya, menikmati Enrekang di malam hari itu membawa cerita tersendiri, karena ini unik, desa di siang hari, namun malamnya seperti berada di kota besar dengan gemerlapnya lampu di sepanjang mata memandang,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan apresiasinya terhadap Pemkab Enrekang dan petani bawang merah.
“Kita ini kagum dengan Sulawesi Selatan, karena produksinya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di Enrekang, tapi bisa menyuplai Kalimantan dan Pulau Jawa, bahkan saya mengalami sendiri, kalau beberapa tahun yang lalu Enrekang sudah mengekspor bawang merah” tandasnya.
Di sisi lain, Bupati Enrekang Muslimin Bando menyampaikan strateginya menjadikan Kabupaten Enrekang sebagai sentra bawang nasional. Salah satunya dengan melakukan pompanisasi, karena Enrekang diketahui sebagai daerah pegunungan yang tidak memiliki sumber air yang cukup untuk mengairi lahan pertanaman bawang, maka diperlukan sentuhan teknologi.
“Hampir rata-rata petani kita itu mengambil air dari sungai di bawah, lalu di pompanisasi naik, nanti di atas itu kita bangun embung-embung. Makanya Kabupaten enrekang itu sangat membutuhkan banyak embung dan pompanisasi, tapi kita tidak ragulah karena ada Kementan untuk membantu,” ungkapnya.
Ia juga mengakui sinergi yang kuat antara Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Pemkab Enrekang, sebab perhatian Kementan terhadap kabupaten yang dikenal negeri seribu gua itu diwujudkan dengan adanya dukungan APBN pengembangan Kawasan sayuran dan tanaman obat.
Di sisi lain, Petani Milenial Fahrul, menyampaikan kehadiran Kementan yang bersinergi dengan Pemda menjadi jalan sukses bagi petani di daerahnya. Ia pun mengaku banyak belajar dari Bupati karena dianggap sebagai guru para petani.
“Kita itu banyak bantuan dari Kementan kan atas usul Pak Bupati, nah itulah pentingnya kalau pemimpin itu berada di tengah-tengah petani, jadi kita bisa sewaktu-waktu menyampaikan apapun, dan pastinya pemerintah itu akan memberikan yang terbaik untuk rakyatnya,” ujarnya.
“Alhamdulillah, petani disini itu banyak sekali menikmati bantuan yang diberikan Kementan, jadi kita semua ini sangat berterima kasih kepada Pemerintah” lanjutnya
Adapun pengembangan yang dilakukan di kawasan meliputi kawasan bawang putih 15 (Ha), kawasan kentang 10 (Ha), kawasan bawang merah 30 (Ha), kawasan aneka cabai 25 (Ha), pengadaan benih bawang putih 15 (Ha), pengadaan benih kentang 10 (Ha), dan pengadaan benih bawang merah 30 (Ha). Total dukungan APBN pada tahun 2021 di Kabupaten Enrekang mencapai 135 (Ha) atau senilai Rp. 2,4 Miliar.
Lebih lanjut, pada data produksi Kementan tahun 2020, Kabupaten Enrekang tercatat menempati posisi ke 5 sebagai sentra produksi utama, mengungguli Kabupaten Probolinggo-Jatim yang berada di urutan ke 6, Demak-Jateng di urutan ke 7, Bandung-Jabar di urutan ke 8 dan Bantaeng-Sulsel yang masih bertengger di urutan ke 24 secara nasional.
Dalam tabel data produksi, luas panen dan produktivitas Kementan, Kabupaten Enrekang mencatatkan luasan panennya mencapai 9.565 (Ha) dengan provitas 10,76 ha/ton sehingga total produktivitasnya secara keseluruhan di tahun 2020 mencapai 102.873 ton.
(ega/ara)