Jakarta – Dalam puncak musim hujan dan iklim basah tahun ini, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo memberi arahan kepada Ditjen Hortikultura untuk mengendalikan gejolak pasokan dan harga cabai yang terjadi beberapa hari terakhir, khususnya cabai rawit.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto membenarkan arahan tersebut. Anton, sapaan akrabnya menjelaskan berbagai program dan kegiatan stabilisasi pasokan harga yang telah dilakukan Ditjen Hortikultura.
“Kami sampaikan bahwa berbasis Early Warning System (EWS) aneka cabai yang kita susun hingga lima bulan ke depan memang menunjukkan terjadinya penurunan surplus pada bulan Februari, namun akan kembali meningkat surplusnya di akhir Maret. Selanjutnya, diprediksi akan terjadi panen raya di bulan April sampai Juli,” papar Anton dalam keterangan tertulis, Senin (22/2/2021).
Terkait penjagaan ketersediaan, Kementan telah memiliki sistem EWS yang bisa memberikan acuan untuk pola tanam. Data EWS tersinkronisasi ke seluruh provinsi di Indonesia yang datanya langsung dari tingkat kecamatan.
Disebutkan, saat ini memang terjadi kondisi yang tidak mampu dikendalikan, yakni faktor alam dan tingginya curah hujan yang terjadi sejak Desember atau fenomena la nina. Tingginya curah hujan tidak dapat dipungkiri berpengaruh pada proses produksi cabai dan distribusinya dari produsen ke konsumen.
“Hujan juga menyebabkan banjir di beberapa wilayah sentra dan jalur distribusi. Salah satunya di Kabupaten Malang, Lumajang, Nganjuk, dan Probolinggo. Lahan cabai di daerah tersebut tergenang akibat hujan yang tidak berhenti sejak Minggu (14/2) malam,” tambah Anton.
Untuk mengatasi gejolak harga cabai, termasuk cabai rawit, Kementan melalui Ditjen Hortikultura telah melakukan usaha pengendalian OPT. Selain itu juga disediakan bantuan biaya untuk mendistribusikan produk daerah yang sedang panen ke titik-titik pasar yang membutuhkan.
Bantuan tersebut bisa diakses lewat dua cara, yaitu petani menggunakan truk ekspedisi lalu membayar dan mengajukan reimburse, atau jika pengiriman telah direncanakan bisa menghubungi Ditjen Hortikultura untuk dikirimkan truk berpendingin yang akan menjemput produk tersebut dan mendistribusikannya ke pasar tujuan.
Dari sisi pengolahan dan pemasaran pascapanen, Ditjen Hortikultura juga turut memfasilitasi rumah produksi, alat-alat pengering (dome drying), serta alat pengolahan pasta bawang atau pasta cabai. Selain itu juga disediakan aplikasi penjualan online produk segar dan olahan secara gratis untuk pelaku agribisnis lewat platform hortitraderoom.com yang dapat diakses gratis. Pemerintah juga mengajak pihak swasta dan BUMN untuk menyerap produk dari petani.
(ega/ega)