Jakarta –
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) memfasilitasi petani dengan pengusaha untuk mengedarkan hasil panen lemon ke pasar di wilayah Jabodetabek dan Bali. Hal ini untuk merespons produktivitas lemon yang tinggi dan mencegah penumpukan stok.
“Kami mendengar keluhan yang terjadi di tingkat petani bahwa stok kian menumpuk di gudang dan butuh segera dilakukan penyerapan. Hortikultura adalah komoditas yang perishable (cepat busuk) sehingga butuh segera dikonsumsi,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto dalam keterangan tertulis, Rabu (14/4/2021).
Untuk jangka pendek, Prihasto menjelaskan jajarannya akan segera memfasilitasi pembelian lemon dari petani. Seperti yang dilakukan kemarin (13/4) sebanyak 1 ton lemon diserap untuk diedarkan ke Bali, 500 kg tujuan Jabodetabek, serta ada permintaan tambahan dari PT Mulya Raya sebanyak 1 ton.
“Diharapkan ini menjadi solusi, ” jelasnya.
Sementara itu, Ketua CV Berkah Tani Haji Syahid menambahkan penumpukan stok lemon di gudang mulai terjadi November 2020 lalu. Namun dirinya bersyukur meski di tengah jatuhnya penjualan, pemerintah mampu memfasilitasi dengan pembelian melalui pengusaha.
“Pak Dirjen menghubungi saya. Ada PT Anugerah Alam Subur ambil 1,5 ton dengan tujuan ke Bali dan Jakarta. PT Laris Manis Utama (PT LMU) juga mengambil 500 kg. Semua diambil Alhamdulillah Rp 15.000 per kg dengan standar grade A,” terangnya.
Untuk pemesanan, lanjut Syahid, sudah ada 12 ton yang siap dalam 7-10 hari ke depan sesuai proses panen.
“Saya sangat berterima kasih dengan fasilitasi dari pemerintah khususnya Pak Dirjen Hortikultura yang cepat merespons dan menyambungkan saya ke para pengusaha. Pengiriman hari ini sudah 2,5 ton tujuan Jabodetabek dan Bali. Semoga ke depan sudah mulai kembali stabil penjualannya,” tuturnya.
Diungkapkan Syahid dirinya sudah memulai usaha sayuran sejak 2005, dan khusus lemon sejak 2015. Kini, dia telah memiliki 60 mitra tani yang berasal dari Garut, Ciwidey, Pangalengan, Sukabumi, Bandung, Lembang dan Subang. Untuk kualitas lemon miliknya diakui memiliki standar supermarket.
“Saya bersama petani mengembangkan lemon dengan luasan kurang lebih 40 hektare dengan produktivitas bisa lebih dari 20 ton per bulan. Sekarang ini jika ada permintaan ke pasar, saya dapat menyanggupi 1 ton per harinya,” paparnya.
Petani berusia 61 tahun ini berharap ke depan pemerintah bisa memfasilitasi apabila ada industri yang masuk ke petani, tidak hanya permintaan segar guna menghindari kejadian serupa.
“Saya tidak masalah impor masuk, yang penting para eksportir menyerap juga dari pasar lokal. Harapan saya yang penting diserap. Mengenai harga, kami bisa menyesuaikan tergantung permintaan grading. Kami pun bisa menerima orderan untuk harga Rp 10.000 per kg dengan kualitas yang baik,” ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Buah dan Florikultura Liferdi Lukman mendorong agar para petani bisa bergabung dengan Indonesia Map of Fruits Cenfer (I-Mofc), yaitu aplikasi sentra buah berbasis android untuk membuka pasar secara lebih luas.
“Penjualan online akan membantu petani melebarkan sayap dan membuka kontak langsung dengan pelaku usaha,” pungkasnya.
Simak juga ‘Bulog Pastikan Stok Beras di Parepare Aman Jelang Ramadan’:
(fhs/ara)