Jakarta – Food Estate Humbang Hasundutan yang berbasis komoditas hortikultura sudah mulai menampakkan hasil positif. Ada sekitar 215 hektare area yang sudah dikembangkan dan ditanam dengan tanaman bawang merah, bawang putih hingga kentang.
Salah satu petani dari Kelompok Tani Ganda Mersada, Jhon Les Lumban Gaul mengatakan, kegigihan para petani yang berjuang bersama dengan Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah menjadi kunci keberhasilan program food estate. Hal ini pun lantas menampik isu yang menganggap program food estate belum berhasil.
“Sah-sah saja orang bilang ini gagal total namun saya yang menanam di sini, tidak mau dibilang gagal. Beberapa lahan memang ada yang tidak tumbuh maksimal. Meski demikian, coba lihat sendiri pertanaman yang saya miliki ini. Pertumbuhannya bagus, saya dan istri saya merawat setiap harinya. Lahan saya belum panen makanya kalau dibilang gagal itu salah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (22/2/2021).
Jhon menyebut, faktor cuaca serta perayaan natal dan tahun baru merupakan tantangan terberat. Sebab, dirinya harus meninggalkan varietas batu ijo selama beberapa hari karena fokus dengan kegiatan keagamaan.
“Di sini kendala utamanya cuaca yang ekstrem. Pagi kadang hujan sampai sore dan kalau malam berkabut. Keduanya, waktu petani yang tersedot pada saat perayaan natal tahun lalu. Saya akui sempat saya meninggalkan lahan namun kemudian usai perayaan, saya kembali menekuni lahan saya,” jelasnya.
Lebih lanjut, petani berusia 50 tahun ini mengapresiasi Kementerian Pertanian, yang memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan, tanpa dikurangi dan ditutup-tutupi. Di samping benih dan sarana produksi, dirinya bersama para petani lain juga sempat menerima upah kerja.
“Bantuan kepada kami itu tidak ada yang tersembunyi. Berapa yang dikasih ke kami, itulah yang kami terima. Mulai dari benih hingga sarana produksi kami terima penuh. Bahkan kami juga menerima upah kerja mulai saat penaburan kompos, pemasangan mulsa hingga waktu penanaman. Kami hanya tinggal merawatnya saja. Hasilnya pun bukan buat pemerintah, semua murni untuk kami para petani,” terangnya.
Jika ada perbedaan pertumbuhan, dirinya menilai wajar karena itu kembali lagi ke petani yang menggarap.
“Jika tumbuh dengan baik, berarti terawat dengan bagus. Jika belum bagus berarti perawatannya perlu ditingkatkan lagi. Pada dasarnya bibit yang kami terima memang bagus. Jadi ya bagaimana perawatannya. Wajar juga karena kami di sini baru pertama kali tanam, pun areanya sangat luas. Masih perlu belajar,” lanjutnya.
Jhon juga mengingatkan bahwa hasil yang diterima bukan daun, melainkan umbi yang hendak dipanen.
“Perlu diperhatikan juga, kami ini memanen umbinya. Bukan daunnya. Jadi jangan fokus dengan daun bawang yang harus besar atau kecil ukurannya. Berukuran kecil pun tetap ada umbinya. Kami ini fokus dengan pertumbuhan umbinya. Panen sebesar apapun, hasilnya jelas ada,” ujar Jhon.
Di sisi lain, Charles Sinaga yang juga seorang petani mengaku perkembangan pertanaman miliknya luar biasa. Pembukaan lahan pertanian yang semula hanya terdiri dari semak belukar, kini tampak berkat program Food Estate yang didorong oleh Presiden Joko Widodo.
“Progresnya luar biasa. Bisa dilihat, kami diberi bantuan tanam di atas lahan yang tadinya tidur dan kini saya bisa menanamnya. Sangat bangga, kami petani muda di sini terdorong untuk menanam dengan gigih,” terangnya.
Meski begitu, Charles menilai, adalah hal yang wajar apabila tidak semua sesuai dengan harapan, apalagi ini merupakan tanam perdana. Jika ada yang menilai gagal, menurutnya itu kembali ke persepsi masing-masing.
“Saya pribadi merasa wajar jika ada tanaman yang kurang bagus. Artinya ada yang kurang dalam pengaplikasiannya. Apalagi saya, belum pernah menanam sebelumnya, pun dalam jumlah luasan yang besar seperti ini. Di antara yang bagus pertumbuhannya, ada juga yang kurang bagus,” tuturnya.
Dengan perkiraan panen di awal Maret, dirinya meyakini jika hasil panennya akan bagus, dengan pertumbuhan umbi bawang yang baik.
“Saya mau lihat hasil panen perdana dulu. Nanti di periode ke dua baru saya akan menargetkan hasil. Berapa kira-kira minimal tonase yang mau saya raih. Untuk sekarang saya fokus saya merawat tanamannya,” papar Charles.
Adapun kehadiran tim Kementan yang mendampingi selama masa tanam hingga pascapanen dinilai John mampu menjadi sumber semangat bagi para petani.
“Kami di sini betul-betul dikawal teman-teman dari Kementan. Mereka berhari-hari di sini meninggalkan keluarganya untuk memastikan pertanaman di sini. Ini yang sangat menyemangati kami. Adanya food estate ini membangun Humbang Hasundutan menjadi daerah yang produktif,” pungkasnya.
(ega/hns)