tirto.id – Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menolak keputusan pemerintah mengizinkan pabrik gula konsumsi mengimpor bahan baku gula. Ketua Umum APTRI Sumitro Samadikun menyatakan keputusan Kementerian Perindustrian itu akan semakin memperburuk nasib petani.
“Yang jelas jawaban kami tidak setuju. Kalau bisa lolos lagi, ini akan menambah kejenuhan gula di pasar. Hancur harga gula di petani. Nanti petani habis,” ucap Soemitro kepada reporter Tirto saat dihubungi, Rabu (10/2/2021).
Soemitro menambahkan saat ini keputusan mengizinkan impor bahan baku gula sangat tidak relevan. Menurutnya alasan Kemenperin mengizinkan impor karena banyak kebun tebu kesulitan berproduksi karena cuaca dan bencana alam tidak bisa diterima apalagi alasan menjaga utilisasi pabrik.
Sebaliknya, Soemitro menyatakan kebun tebu masih mampu berproduksi. Pada musim panen 2021, ia memperkirakan petani sanggup menghasilkan 2 juta ton gula. Hanya selisih 700.000 ton dari total 2,7 juta ton kebutuhan konsumsi.
Dari jumlah itu, stok gula dipastikan sudah berlebih. Stok akibat kelebihan impor gula dari tahun 2020 sebanyak 1 juta ton per awal 2021. Sebelum 2020 berakhir, Kemendag sudah mengeluarkan izin impor gula sebanyak 685.000 ton lagi yang akan masuk di 2021.
Ditambah lagi, pada 2020, Soemitro mencatat Kemendag masih mengeluarkan lagi izin impor gula 150.000 ton bagi BUMN untuk 2021. Mirisnya, masih ada sekitar 240.000-an ton gula petani yang masih belum terserap di awal 2021.
Kalau ada yang menganggap impor diperlukan untuk stabilisasi harga gula, kondisi itu menurutnya tak terpenuhi.
Menurut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga gula pasir saat ini berada di kisaran Rp13.000-15.000/kg jauh di bawah ketika terjadi kelangkaan gula seperti awal pandemi COVID-19 Maret 2020 lalu di kisaran Rp20.000 bahkan lebih.
Sejalan dengan itu, harga gula petani sudah berada di level terendah dalam beberapa tahun terakhir atau di kisaran Rp10.500 per kg akibat kelebihan suplai gula di pasar. Menurut Soemitro bila pabrik boleh mengimpor bahan baku gula, praktis penurunan harga di petani akan semakin tak terkendali.
Soemitro lantas mempertanyakan alasan Kemenperin ingin membuka keran impor bahan baku gula. Ia meyakini keputusan ini tidak didasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula.
“Diduga ada ‘sesuatu’ yg diinginkan. Yang pasti bukan pemenuhan kebutuhan konsumsi,” ucap Soemitro.