Indonesia belum bisa lepas dari kedelai impor. Menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi diperkirakan Indonesia butuh mengimpor kedelai hingga sebanyak 2,6 juta ton untuk memenuhi kebutuhan tahun ini.
“Ada perkiraan impor tahun 2021 itu totalnya 2,6 juta ton yang akan turun diperkirakan target sampai bulan Maret adalah 650.000 ton,” ujar Agung dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta, Rabu (13/1/2021).
Menurut paparannya, kebutuhan kedelai di Indonesia sampai bulan Maret 2021 bisa mencapai 278.180 ton, sedangkan perkiraan produksi dalam negeri hanya mampu mencapai 28.754 ton. Untuk itu, impor kedelai masih belum bisa terelakkan.
Dari segi harganya, harga distributor kedelai tak dipungkiri terus mengalami kenaikan. Apalagi harga ecerannya saat ini sudah mencapai Rp 10.000 – Rp 10.400/kilogram nya.
“Khusus kedelai kita lebih breakdown terkait harga di distributor bulan November Rp 7.500 – Rp 8.000, Desember naik Rp 8.500 kemudian Januari awal Rp 9.200. Ini yang kemudian isu terakhir kemarin,” paparnya.
“(Ecerannya) Bisa sampai Rp 10 ribu – Rp 10.400. Kalau ini harga di distributor, jadi perajin tempe tahu itu langsung dari distributor,” sambungnya.
Namun, menurut Agung, pihaknya telah berupaya dengan para stakeholder lainnya untuk menekan harga kedelai tersebut. Rencananya, harga kedelai akan diturunkan jadi Rp 8.500 selama 100 hari ke depan.
“Tapi kami terus bekerja sama dengan stakeholder, dengan Kemendag, Satgas Pangan terkait hal (kedelai) ini. Dan solusinya yang kita ambil secara bersama untuk 100 hari ke depan adalah menurunkan harga distributor Rp 8.500,” ungkapnya.