Jakarta –
Kementerian Pertanian (Kementan) dalam sepekan terakhir ini menggandeng Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) yang sebagian anggotanya importir kedelai untuk melakukan operasi pasar. Dalam kegiatan itu, Kementan mengajak Akindo melakukan kesepakatan dengan Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) untuk menjual kedelai Rp 8.500 per kilogram (kg).
Menurut Direktur Akindo Hidayatullah, para importir yang tergabung di Akindo memang menjual rugi kedelainya karena diminta melakukan operasi pasar selama 100 hari pertama di 2021. Pasalnya, harga kedelai di pasar internasional memang tinggi, dan biaya distribusinya juga tinggi disebabkan oleh lamanya proses pengangkutan di pelabuhan-pelabuhan transit selama pandemi.
“Yang kita ketahui dengan harga di pasar internasional naik, maka harga beli mereka, importir juga naik, landed cost-nya kan naik. Memang mereka jual Rp 8.500/kg ke perajin, mereka pasti rugi,” kata Hidayatullah kepada detikcom, Selasa (12/1/2021).
Sebelum diminta melakukan operasi pasar itu, harga kedelai yang dijual ke perajin ada di kisaran Rp 9.500/kg. Hidayatullah mengatakan, dalam operasi pasar itu pihaknya tak diberikan subsidi oleh Kementan.
“Nggak ada (subsidi), justru itu Kementan mengharapkan semacam pengabdian dari importir untuk bersedia merugi pada 100 hari pertama 2021 ini. Jadi mereka oleh Kementan, Badan Ketahanan Pangan (BKP) itu diminta untuk melakukan operasi pasar selama 100 hari,” tuturnya.
Hidayatullah tak mengetahui secara pasti apakah para importir kedelai yang tergabung di Akindo bisa merealisasikan operasi pasar itu. Menurutnya, masing-masing importir akan mempunyai kesepakatan tersendiri.
“Nah saya nggak tahu apakah para importir bisa merealisasikan dalam kondisi yang sekarang ini, artinya pasar naik terus. Berarti kan kerugian mereka akan bertambah. Nah apakah pada kondisi itu importir bersedia melakukan operasi pasar seperti yang diharapkan Kementan saya nggak tahu. Jadi realisasinya tergantung kesepakatan mereka, ” tandasnya.
(ara/ara)