Jakarta –
Akhirnya importir kedelai sepakat untuk menurunkan harga jualnya. Dengan begitu diharapkan produsen tahu dan tempe bisa kembali berproduksi.
Perajin tahu dan tempe sempat mengeluhkan tingginya harga kedelai impor yang selama ini memasok kebutuhan dalam negeri. Selama pandemi virus Corona (COVID-19), harga kedelai impor naik drastis dari kisaran Rp 6.100-6.500 per kilogram (Kg) per Maret-April 2020 lalu, kini menjadi sekitar Rp 9.500/Kg
Hal itu pun membuat para perajin tahu dan tempe juga menaikkan harga jual tahu dan tempe di pasaran. Rata-rata, harga jual tahu dan tempe naik Rp 1.000 per potong.
Untuk menstabilkan harga kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe, Kementerian Pertanian (Kementan) mengeluarkan surat edaran (SE) kepada importir dan perajin tahu dan tempe yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo). Dalam SE itu, disepakati harga kedelai yang dijual importir ke perajin turun menjadi Rp 8.500/Kg.
“Kami mengeluarkan SE kepada semua importir. SE sudah kami sampaikan, kami menyepakati beberapa hal di antaranya harga pembelian kedelai di tingkat perajin disepakati Rp 8.500/Kg,” ungkap Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi dalam operasi pasar kedelai di Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (7/1/2021).
Turut hadir dalam operasi pasar itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, upaya ini dilakukan sebagai bentuk langkah darurat untuk melakukan stabilisasi harga kedelai. Ia menegaskan, masalah yang dihadapi saat ini hanya sebatas harga, sementara pasokan kedelai dari impor aman.
“(Perajin) mengeluhkan harga naik saja. Pasokan nggak ada masalah. Oleh karena itu kalau (harga tahu dan tempe) dia nggak naikkan, dia rugi kan. Nah itu harus kita jaga. Nah sekarang sudah ada kesepakatan terhadap standar supaya semua bisa tetap berjalan dengan baik. Tentu ini menghilangkan ego sektoral. Dan kita capai angka Rp 8.500/Kg itu secara nasional,” imbuh Syahrul.
Dalam 200 hari ke depan, ia mengatakan akan menggenjot produksi kedelai dalam negeri. Sehingga, ketergantungan impor untuk produksi tahu dan tempe bisa ditekan.
“Lalu 200 hari ke depan saya akan melakukan loncatan produktivitas. Ini importir juga siap menerima, karena kedelai kita pada dasarnya sangat bagus untuk tempe dan tahu, lebih gurih, dan lain-lain,” tutupnya.
Simak Video “Pedagang Tahu Sumedang Kena Imbas Kenaikan Harga Kedelai“
[Gambas:Video 20detik]
(das/das)