Komandanpangan.com – Badan Gizi Nasional (BGN) menerapkan pendekatan baru dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan prinsip “zero defect”, sebuah standar pengendalian mutu yang terinspirasi dari sistem kesehatan saat pandemi COVID-19.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa langkah ini merupakan upaya untuk memastikan setiap porsi makanan yang diterima anak sekolah benar-benar aman, bergizi, dan bebas dari risiko gangguan kesehatan.
“Kami sedang berusaha melengkapi seluruh SPPG dengan rapid test untuk menguji bahan baku. Karena, pengalaman Jepang sudah 100 tahun makan bergizi, itu 90 persen gangguan pencernaan yang muncul karena kualitas bahan baku,” ujar Dadan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (20/10) malam.
Prinsip zero defect yang kini diterapkan BGN menekankan pada deteksi dini potensi risiko sejak tahap pengadaan bahan baku hingga penyajian makanan. Dengan demikian, setiap unsur dalam rantai produksi MBG diawasi secara ketat untuk mencegah kesalahan sekecil apa pun.
BGN juga telah menetapkan standar operasional baru bagi penyelenggara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Dadan menjelaskan bahwa setiap unit kini memiliki kapasitas rata-rata 2.000 hingga 2.500 penerima manfaat, dan dapat melayani hingga 3.000 anak jika memiliki tenaga masak bersertifikat profesional.
“Kemudian, kita minta ada juru masak profesional yang akan mendampingi terutama SPPG-SPPG baru selama lima hari dan kalau kurang bisa dilanjutkan,” ujar Dadan.
Selain peningkatan kompetensi sumber daya manusia, BGN juga memperkuat fasilitas pendukung dengan menambahkan alat sterilisasi food tray berteknologi tinggi di seluruh SPPG.
“Dengan alat itu, wadah makanan yang telah dicuci bisa dikeringkan dalam tiga menit pada suhu 120 derajat Celsius,” jelas Dadan.
Langkah ini diambil untuk memastikan kebersihan dan keamanan alat makan yang digunakan oleh para penerima manfaat MBG, sekaligus menghindari kontaminasi silang yang dapat memicu gangguan kesehatan.
Selain makanan dan peralatan, BGN juga memperhatikan aspek kualitas air yang digunakan dalam proses memasak. Dadan menegaskan bahwa air yang dipakai di setiap dapur SPPG harus bersertifikat layak konsumsi.
“Karena di Indonesia kualitas air masih belum rata, sehingga kita akan kerjakan ini,” ujarnya.
Air yang digunakan nantinya akan mengacu pada standar yang sama seperti air galon atau air isi ulang yang telah melalui sertifikasi resmi. BGN akan bekerja sama dengan lembaga pengujian air untuk memastikan mutu air di setiap wilayah tetap sesuai standar kesehatan nasional.
Menurut Dadan, penerapan prinsip zero defect bukan hanya sekadar peningkatan prosedur teknis, tetapi juga merupakan warisan penting dari pengalaman bangsa menghadapi pandemi COVID-19. Ia menilai bahwa sistem pemantauan ketat dan transparan seperti saat pandemi perlu diterapkan dalam setiap program kesehatan masyarakat, termasuk MBG.
Dengan langkah ini, BGN berharap program Makan Bergizi Gratis dapat menjadi model tata kelola pangan nasional yang lebih tangguh, higienis, dan terpercaya, sekaligus menjaga generasi muda Indonesia tetap sehat dan produktif.