Petani tergabung Serikat Petani Indonesia (SPI) buka suara soal alasan petani yang enggan menanam kedelai. Hal tersebut menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyatakan jika kedelai bisa tumbuh di Indonesia tapi enggan ditanam petani.
Ketua Umum SPI Henry Saragih menjelaskan, harga patokan kedelai lokal sekitar Rp 8.000 per kg. Sementara, harga kedelai impor lebih murah karena harga patokannya sekitar Rp 6.000 per kg. Padahal harga patokan sekitar Rp 8.000 per kg itu dirasa kurang oleh petani.
“Iya jadi sebenarnya begini, itu harga patokan pemerintah sebenarnya lebih murah kacang kedelai impor daripada kacang kedelai lokal. Patokan kedelai impor Rp 6.000, kacang kedelai lokal Rp 8.000. Tapi bagi petani kita, kita punya beberapa hambatan selain harga tadi menurut petani harganya harus dinaikkan tinggi lagi tidak bisa Rp 8.000,” jelasnya kepada detikcom, Senin (11/1/2021).
Dia mengatakan, untuk menggenjot produksi kedelai, petani juga terkendala lahan yang terbatas. Alhasil, petani lebih memilih komoditas lain.
“Hambatan yang kedua adalah petani kita memang kurang lahannya untuk menanam kacang kedelai lebih memilih menanam padi ataupun jagung, daripada kacang kedelai karena harganya lebih layak,” ujarnya.
Bukan hanya itu, petani juga terhambat soal benih-benih berkualiatas. Sehingga, produksi kedelai menjadi minim.
“Pemerintah sampai hari ini belum mengembangkan benih-benih unggul, benih-benih lokal kita yang banyak itu belum banyak dikembangkan. Jadi akibatnya produksi nasional kita dari yg dulunya bisa memenuhi 70-80% sekarang terbalik cuma 20% kita jadi impor,” paparnya.
Lanjut halaman berikutnya soal kedelai>>>