Jakarta – Menteri Pertanian Amran Sulaiman pagi ini meresmikan secara langsung teknologi mekanisme pertanian yang akan menggenjot produktivitas pertanian Tanah Air. Amran mengatakan bahkan bisa menekan harga hingga Rp 360 triliun per musim.
“Hari ini kita meluncurkan inovasi teknologi mekanisasi pertanian modern mendukung revolusi industri 4.0. Ini luar biasa kalau kita bisa terapkan di seluruh nusantara. Kita sudah hitung-hitung bisa menekan biaya Rp 360 triliun,” ucap Amran di Balai Besar Pengembangan Mekanisme Pertanian, Serpong, Banten, Jumat (28/09/2018).
Adapun inovasi teknologi mekanisme pertanian itu meliputi smart irrigation, mesin penanam tebu dan pemasang dripline terintegrasi, autonomous tractor, drone deteksi unsur hara metode remote sensing, robot graffing, dan smart green house.
Ada juga jajar legowo riding transplanter, boom sprayer, rice upland seeder by farm dozer, mobile dryer, mesin penanam benih padi, aplikasi UPJA smart mobile, aplikasi SAPA-MEKTAN (sistem administrasi pengujian alsintan), serta kandang ayam close system mendukung program Bekerja.
Amran mengatakan dengan segala teknologi yang ada itu bisa mempermudah petani. Misalnya saja, nantinya petani bisa saja mengunakan remote control dari rumah untuk mengolah, menanam bahkan untuk memanen.
“Ini semua mimpi besar kita,” sambung Amran.
Disebutkan dia, tanpa mekanisasi ini Indonesia tak akan bisa bersaing dengan negara lain. Contohnya membuat alat panen. “Dulu memakan biaya Rp 2 juta per hektare. Sedangkan saat ini dengan teknologi ini bisa menekan biaya hingga Rp 1 juta per hektarenya,” katanya.
Amran juga memberikan gambaran bila menekan biaya hingga Rp 1 juta per hektare untuk panen saja, lalu dengan 16 juta hektare lahan Indonesia artinya akan menekan Rp 16 triliun biaya petani Indonesia saat musim panen.
Tak hanya itu, saat ini pengolahan tanah juga dilakukan menggunakan rice transplanter yang dulunya memakan biaya tanam Rp 2 juta per hektare, saat ini juga menjadi Rp 1 juta per hektare. Artinya, menggunakan dua alat ini sudah menekan Rp 32 triliun biaya pengolahan dan panen se-Indonesia.
“Negara lain seperti Taiwan, Korea Selatan dan China yang kami kunjungi memperlihatkan bahwa teknologi pertanian kita tak kalah. Padahal matahari mereka bersinar hanya 6 bulan saja, sedangkan kita 12 bulan,” jelas Amran.
Ke depannya, Kementan akan menggarap lahan pasang surut yang biasanya hanya tanam satu kali dengan bantuan teknologi mekanisme. Yang dulunya tanam manual 25 hari untuk 1 hektare lahan oleh 1 orang, kini hanya butuh waktu 3 jam saja.
Amran mengatakan para petani siap akan segala kemajuan teknologi pertanian ini. “Ga ada masalah. Hal ini tak dibatasi pendidikan formal. Ini tak menjadi masalah yang penting,” lanjut Amran.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BB Mektan Andi Nur Alam mengatakan akhir tahun nanti akan di-launching mesin tanam 4 doll untuk sayuran dan mesin panen sayuran.
“Semua itu dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi traktor yang selama ini idle yang bila sudah selesai mengolah tanah, lalu mangkrak dan tak digunakan lagi,” pungkas Andi.
Seperti diketahui, Kementan juga memiliki teknologi teranyarnya seperti UPJA Smart Mobile berbasis aplikasi pada smartphone. Aplikasi merupakan jasa penyewaan alsintan di UPJA dengan proses yang sangat cepat.
Dalam aplikasi tersebut, akan diberikan informasi harga sewa, spesifikasi alsintan, jasa penggilingan padi dan benih dan info lainnya yang diperlukan. Tak hanya itu, selanjutnya akan dioptimalkan fungsi traktor agar bisa memproduksi implemen (alat support yang bisa digandeng dengan traktor).
(mul/ega)