Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, meski ada kenaikan harga beberapa komoditas di akhir tahun 2021, secara umum inflasi volatile food sepanjang tahun 2021 relatif rendah.
Sebagai perbandingan, inflasi volatile food akan menjadi 3,20% pada 2021. Sebelumnya, 3,39% pada 2018, 4,30% pada 2019 dan 3,62% pada 2020. Sementara itu, inflasi secara keseluruhan pada 2021 adalah 1,87%.
“Secara umum, inflasi volatile food sepanjang tahun 2021 relatif lemah karena belum pulihnya sisi permintaan. Pertumbuhan permintaan belum akan mulai terasa pada kuartal akhir 2021. Dengan demikian, pasokan pangan pada tahun 2021 akan lebih baik. cukup dan tidak terputus,” kata Mendag Lutfi saat konferensi pers Outlook Perdagangan 2022, Selasa (18/1/2022).
Mendag menjelaskan, inflasi volatile food pada tahun 2021 dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas telur, daging ayam, minyak goreng, cabai rawit dan daging sapi yang terjadi pada periode puasa dan Lebaran serta Natal dan Tahun Baru (Nataru) tahun ini. Secara umum, inflasi dasar sebesar 1,04%, sedangkan inflasi volatile food sebesar 0,52% dan inflasi administered price sebesar 0,30%.
Mendag menambahkan, saat ini harga pangan juga mengalami penurunan, misalnya cabai rawit merah sudah di bawah Rp dari tahun lalu.
“Untuk telur saya sudah menghubungi oleh Pinsar, sekarang harganya mendekati harga pokok penjualan (HPP), juga dari Rp 19.000 menjadi Rp 20.000. Jadi kita lihat sudah kembali seperti sebelum Nataru kemarin ,” kata Menteri Perdagangan.