Komandanpangan.com – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menekankan pentingnya penguatan ekosistem gula nasional secara modern guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut Arief, upaya ini perlu dimulai dari lini produksi, terutama melalui kerja sama dengan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI). “Ekosistem gula nasional harus terus diperkuat bersama APTRI,” ujarnya dalam sebuah pernyataan di Jakarta, Jumat.
Arief menjelaskan bahwa penguatan ekosistem gula nasional harus mencakup seluruh proses produksi. Ketika para petani tebu termotivasi untuk menanam dan memproduksi, kemandirian pangan dalam hal gula konsumsi dapat tercapai. “Dengan harga yang baik, petani dapat menyuplai pabrik gula, yang membuat petani dan pabrik sama-sama bahagia, serta kebutuhan domestik tercukupi,” tambahnya.
Dalam kunjungannya ke Pabrik Gula (PG) Krebet Baru di Malang, Jawa Timur pada Kamis (4/7), Arief meninjau langsung proses produksi gula. Ia menegaskan bahwa peningkatan produksi dalam negeri akan memastikan pasokan gula konsumsi untuk kebutuhan nasional terpenuhi. “Upaya kami membangun ekosistem pangan, khususnya gula, mulai membuahkan hasil,” kata Arief. Ia menekankan pentingnya menjaga harga gula di tingkat petani dan konsumen agar terus stabil.
Arief menambahkan bahwa jika petani diberi harga yang baik, mereka akan terus termotivasi untuk menanam, yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi. “Kemandirian pangan tercapai ketika petani semangat menanam karena harga yang baik,” imbuhnya. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi gula tahun 2022 yang mencapai 2,4 juta ton sebagian besar disokong oleh perkebunan rakyat sebesar 63 persen, sementara sisanya berasal dari perkebunan swasta dan negara.
Kerjasama antara pemerintah dan petani tebu rakyat sangat penting untuk terus dijaga. Arief juga menekankan pentingnya menjaga keberlangsungan pabrik gula seperti PG Krebet Baru yang merupakan salah satu pabrik terbesar milik BUMN. “Pabrik gula ini menghidupi petani tebu di sekitar Malang dan sekitarnya. Produksinya mencapai 5,1 juta kuintal, sebuah capaian luar biasa,” ungkapnya.
Bapanas berkomitmen menciptakan keseimbangan harga gula melalui perhitungan biaya yang kolaboratif. Sejak April 2024, harga gula konsumsi di tingkat produsen ditetapkan sebesar Rp14.500 per kilogram (kg) dan di tingkat retail Rp17.500 per kg. Untuk wilayah tertentu seperti Maluku dan Papua, harga di tingkat retail adalah Rp18.500 per kg. Kebijakan ini terus diperpanjang hingga terbitnya peraturan baru.
Ketua Umum Pusat Koperasi Petani Tebu Rakyat, Hamim Holili, mengapresiasi penetapan harga gula yang mendukung kesejahteraan petani. “Harga yang ditetapkan pemerintah sangat bagus untuk petani, memberi kepastian dan semangat untuk menanam,” ujarnya.
Ketua Umum APTRI, Soemitro Samadikun, juga menekankan pentingnya menjaga pendapatan petani untuk meningkatkan produktivitas dan mencapai kemandirian pangan. “Pendapatan yang baik akan memotivasi petani untuk memperbaiki tanaman mereka, yang pada gilirannya akan meningkatkan produksi,” katanya.
Baca Juga: Menyambut #TahunBaruIslam1446 H dengan Penuh Keberkahan: Strategi Meraih Cinta Allah