Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian, Jan S Maringka optimistis sinergitas positif dari pemangku kepentingan di daerah akan mendorong peningkatan ekspor Sulut. Selain potensi komoditas yang sangat besar, saat ini juga terdapat pasar ekspor.
“Sinergi yang baik antar pemangku kepentingan, saya yakin pada tahun 2022 nilai ekspor bisa meningkat lagi,” kata Irjen Marinka saat pelepasan ekspor pertanian di Pelabuhan Peti Kemas Bitung Jumat lalu (20/5/2022).
Menurutnya, banyak potensi pertanian di Sulut yang bernilai ekonomi tinggi, seperti pala, kopra, kelapa parut, santan, bungkil kelapa dan lain-lain.
“Dalam rangka meningkatkan ekspor pertanian, Kementrian Pertanian juga melakukan pendampingan pemenuhan kebutuhan komoditas unggulan yang berpotensi ekspor Sulut, antara lain pendampingan kepada petani bawang merah, bunga krisan, sereh, umbi porang, briket dan serat abaka,” katanya.
Pada tahun 2021, ekspor Provinsi Sulut sebesar Rp 5,89 triliun, meningkat 109 persen dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 2,8 triliun.
Produk pertanian ini diekspor ke 46 negara, China merupakan penyumbang terbesar dengan Rp 2.366,93 miliar.
Kinerja ekspor pertanian di Sulut tahun 2021 bertambah 39 komoditas ekspor baru, frekuensi bertambah 63 kali lipat, dan eksportir baru 32 orang.
“Saya akan terus mendukung dan mendorong ekspor komoditas pertanian Sulut dan bekerja sama merapatkan barisan serta bersinergi dengan instansi terkait,” ujarnya.
Ia juga mengajak eksportir untuk membangun kemitraan yang kuat dengan UKM dan IKM, serta membangun aliansi antara eksportir dengan petani melalui Gapoktan.
Ia juga berharap Balai Karantina Pertanian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut juga dapat menjalin kemitraan yang kuat dengan para eksportir, petani atau sektor yang menjadi komoditas andalan ekspor Sulawesi Utara.
“Saya juga mengajak para bupati dan wali kota turut membangun sektor pertanian di daerahnya masing masing,” harapnya.