Site icon Pangan Bisa!

Amankan Stok Pangan Jelang Ramadan, Ini Strategi Kementan

Jakarta – Jelang bulan suci Ramadhan, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memastikan persiapan dan kesiapan kebutuhan pangan nasional dilakukan secara menyeluruh. Adapun persiapan tersebut di antaranya melalui intervensi sistem distribusi, yakni dengan mendekatkan stok pangan yang ada ke seluruh pasar di tiap daerah.

“Pertama kita melakukan intervensi dengan mendekatkan stok kita ke pasar. Lalu, mendekatkan sentral komoditi yang dibutuhkan di seluruh daerah. Kemudian yang kedua Kementan bersama Kemendag akan melakukan operasi pasar. Konsolidasi ini sudah kita persiapkan dari sekarang,” ujar Syahrul dalam keterangan tertulis, Sabtu (13/2/2021).

Syahrul menilai, ibadah di bulan suci tidak boleh terganggu karena persoalan kecukupan pangan. Oleh karena itu, ia mengatakan pemerintah akan berupaya keras demi memastikan kenyamanan dan keamanan masyarakat dalam menjalankan ibadah puasa.

“Yang pasti kita tidak boleh membuat harga mahal, sehingga rakyat kita tidak bisa makan. Tapi kita juga tidak boleh bergantung pada impor. Oleh karena itu semua upaya harus kita lakukan,” tegasnya.

Diungkapkan Syahrul, pihaknya telah menyediakan 11 kebutuhan bahan pokok untuk masyarakat, yang mencakup kebutuhan beras, minyak goreng, cabai, bawang, gula, telur, serta ayam potong. Sedangkan stok kebutuhan daging terbatas hanya pada daging segar.

“Dari data yang kami miliki, stok daging beku kita cukup untuk bertahan sampai bulan ke depan. Kita punya kekurangan daging 200 ribu ton, sementara yang kita makan 600 ribu ton lebih dan ketersediaan kita hanya 400 ribu ton. Yang pasti kita tidak boleh bergantung. Oleh karena itu sesuai arahan Bapak Presiden, kita harus memperkuatnya dengan upaya yang ada,” terangnya.

Sebagai langkah antisipasi, ia memerintahkan seluruh jajaran Kementerian Pertanian untuk memantau pergerakan komoditas pangan nasional, baik yang berkaitan dengan harga maupun sistem distribusi.

“Makanya bicara pertanian itu tidak bisa bicara di atas kertas, harus mencium aroma lapangan. Setiap daerah kan memiliki iklim, kontur dan spesifikasi yang berbeda. Dari Aceh sampai Papua tidak akan sama. Pertanian itu akan berkait dengan cuaca dan bencana alam. Oleh karena itu, pendekatannya harus melihat langsung situasi secara rutin,” pungkasnya.

(mul/ega)

Exit mobile version