Site icon Pangan Bisa!

Jokowi Minta Proyek Lumbung Pangan di Sumut dan Kalteng Rampung Tahun Ini

TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Joko Widodo alias Jokowi meminta pembangunan lumbung pangan alias food estate di Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah rampung tahun ini. Pasalnya, program tersebut direncanakan menjadi contoh kawasan pertanian berskala ekonomi alias economic scale.

“Paling tidak tahun ini yang di Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah diselesaikan. kami mau evaluasi problemnya apa,” ujar Jokowi dalam konferensi video, Senin, 11 Januari 2020.

Jokowi ingin melihat masalah lapangan dari lumbung pangan, termasuk ada tidaknya kekurangan teknologi dalam proses operasionalnya. “Dan juga dengan cara-cara teknologi dan cara konvensional di food estate.”

Dua wilayah lumbung pangan itu nantinya akan menjadi percontohan untuk provinsi-provinsi lain. Nantinya provinsi lain tinggal menyalin desain lumbung pangan di dua provinsi tersebut.

“Tapi tetap dengan skala yang luas, economic scale. Sehingga percuma kita bisa berproduksi kalau sedikit, tidak ngaruh apa-apa terhadap impor,” ujar Jokowi.

Jokowi sebelumnya mengatakan perlu ada cara yang tidak konvensional dalam menyelesaikan persoalan tingginya impor sejumlah komoditas di Indonesia, misalnya kedelai, jagung, hingga bawang putih.

Ia mengatakan komoditas tersebut sejatinya bisa ditanam di dalam negeri, namun petani enggan menanamnya. Akibatnya, Indonesia terus bergantung kepada impor dari negara lain.

“Karena problem dari dulu sampai sekarang, kenapa kedelai yang di Indonesia bisa tumbuh baik, kenapa petani kita tidak mau tanam, karena harganya kalah dengan kedelai impor,” ujar Jokowi.

Menurut Jokowi, harga pokok produksi kedelai lokal masih lebih tinggi ketimbang harga impor. Karena itu, perlu produksi dalam jumlah besar agar harga kedelai lokal bisa bersaing dengan harga kedelai impor.

Persoalan sama juga terjadi pada bawang putih. Jokowi mengatakan Indonesia sempat banyak memproduksi bawang putih. Namun, sekarang, petani juga tidak mau menanam komoditas tersebut karena harganya tidak bisa bersaing dengan bawang putih impor.

“Wonosobo, dulu bawang putihnya banyak, di NTB bawang putihnya banyak, kenapa tidak bisa perluas agar bisa kalahkan harga impor, ada competitive pricenya. kalau harga tidak kompetitif, akan sulit kita bersaing,” ujar Jokowi. Karena itu, ia meyakini lahan yang luas dalam menanam komoditas tersebut bisa menjadi solusi ke depannya.

Exit mobile version